Menjadi Ansar
Begitulah sabda Nabi SAW kepada sekumpulan orang Ansar usai perang Hunain, yang menyasikan umat Islam memperoleh harta rampasan (ghanimah) yang tidak terkira banyaknya setelah berjaya menundukkan kabilah Tsaqif dan Hawazin di dalam perang itu.
Rasulullah SAW mengagih-agihkan harta tersebut dan memberikan sebahagian besar harta yang ada kepada penduduk Mekah yang baharu memeluk Islam, dengan tujuan untuk melembutkan hati mereka. Orang Ansar yang turut sama di dalam peperangan tersebut, sedikit pon tidak mendapat habuan mereka.
Akibatnya, ramai daripada mereka yang tidak puas hati dan merajuk dengan tindakan Rasulullah SAW tersebut. Sehingga ada yang mengatakan,
"Moga Allah mengampunkan Rasulullah, kerana baginda hanya memberikan (ghanimah) kepada orang-orang Quraisy dan tidak memberikan kami sedikit pon, walhal pedang-pedang kami ikut menumpahkan darah musuh."
Apabila berita ini sampai ke telinga baginda, baginda mengarahkan agar orang Ansar berkumpul untuk bertemu dengan mereka. Arakian berlakulah dialog yang cukup mengharukan antara Rasulullah SAW dan orang-orang Ansar, yang saya kira antara peristiwa paling lejen dan mengesankan di dalam seerah nubuwwah.
"Bukankah aku datang kepada kalian, kalian dalam keadaan sesat lalu Allah memberikan petunjuk kepada kalian? Kalian dalam keadaan miskin, lalu Allah melimpahkan kekayaan kepada kalian? Kalian yang sebelumnya bermusuh-musuhan, lalu Allah damaikan hati-hati kalian?"
Begitulah sabda ar-Rasul kepada orang-orang Ansar. Orang-orang Ansar terkedu mendengar sabda junjungan mereka yang mulia, sehingga mereka hanya mampu untuk mengungkapkan,
"Benar, Allah dan Rasul-Nya telah memberikan dan melebihkan."
Baginda bersabda lagi, "Mengapa kalian tidak menjawab pertanyaanku, wahai orang-orang Ansar?"
"Dengan apa kami harus menjawabmu, ya Rasulullah? Hanya bagi Allah dan Rasul_nya segala kurniaan dan keutamaan."
Betapa mulianya orang-orang Ansar!
"Demi Allah, kalian dapat mengatakan dan perkataan kalian benar, 'Engkau datang kepada kami dalam keadaan didustakan, kami justeru mempercayaimu. Engkau dihinakan, kami justeru menolongmu. Engkau diusir, kami justeru memberikan tempat untukmu. Engkau dalam ekadaan sulit, kami justeru membantu kesulitanmu.'"
Seolah-olahnya Rasulullah SAW inging mengatakan, sekiranya kalian mahu mengadu, kalian mahu mengungkit, kalian tak puas hati, maka kalian boleh mengatakan begini dan begini, kalian pasti benar dan aku akan pasti tidak akan mampu untuk menafikannya!
Tetapi tidak! Apakah respon orang-orang Ansar?
"Benar, Allah dan Rasul-Nya telah memberikan dan melebihkan."
Subhanallah!
"Wahai kaum Ansar, apakah ada perasaan yang mengganjal pada diri kalian kerana tidak mendapat sejemput keduniaan yang tidak ada ertinya? Padahal dengan sampah itu, aku hendak menjinakkan suatu kaum yang baru saja masuk Islam, sedangkan kalian sudah tidak diragukan lagi keIslaman kalian. Tidakkah kalian senang, wahai orang-orang Ansar, jika mereka pulang membawa kambing dan unta, sedangkan kalian pulang membawa Rasulullah?
Demi jiwaku yang berada pada tanganNya, seandainya bukan kerana hijrah, nescaya aku adalah orang Ansar. Seandainya manusia menempuh satu lembah dan orang Ansar menempuh lembah yang lain, nescaya aku akan menempuh jalan orang-orang Ansar. Ya Allah! limpahkanlah rahmatMu kepada orang-orang Ansar dan anak-anak keturunan mereka."
Subhanallah walhamdulillahi walailahaillallah wallahu akbar! Gaban hebatnya orang-orang Ansar ini sehingga memaksa Rasulullah SAW untuk memujuk mereka sedemikian rupa!
"Kami rela jika mendapatkan Rasulullah!"
Jawab orang-orang Ansar sambil menanges secara berjemaah sehingga basah janggut-janggut mereka.
Lap air mata.
Tarik nafas dalam-dalam.
Sesiapa sahaja yang membaca kisah ini, selain terpaksa menghiris laju-laju bawang merah berguni-guni banyaknya, pasti akan tertanya-tanya, apakah keistimewaan orang-orang Ansar sehingga diberi layanan yang cukup istimewa oleh Rasullullah. Apa hebatnya kaum Ansar ini, sehingga baginda akan mengikuti dan mahu bersama mereka sampai bila-bila? Apa sumbangan dan pengorbanan orang-orang Ansar sehingga baginda mendoakan kebaikan untuk mereka dan anak cucu keturunan mereka?
Jawapannya mungkin terkandung di dalam ayat chenta yang satu ini:
Tsk.
Bagaimana? Anda sudah nampak permainannya di situ?
Pengorbanan orang-orang Ansar bersama-sama Rasulullah SAW dan para sahabat Muhajirin dalam menegakkan Islam tiada tolok bandingnya. Kesungguhan dan keikhlasan mereka dalam berjihad dan berjuang menyebarkan dakwah ilallah tiada keraguan padanya. Kesanggupan mereka menanggung risiko diserang oleh seluruh jazirah Arab kerana menempatkan Rasulullah SAW dan para sahabat lantas menjadikan Madinah sebagai pusat penyebaran Islam, merupakan sesuatu yang akan terus tercatat di dalam lembaran sejarah sebagai suatu peristiwa epik yang tiada taranya.
Namun yang lebih utama daripada semua itu adalah kechentaan mereka terhadap Allah, ar-Rasul dan para sahabat Muhajirin melebihi chenta mereka pada keluarga dan diri mereka sendiri. Inilah penanda aras kehebatan para sabahat Ansar yang tiada tolok bandingnya, sehingga Allah sendiri merakamkannya di dalam al-Quran:
"Mereka juga mengutamakan orang-orang yang berhijrah itu lebih daripada diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam keadaan kekurangan dan amat berhajat."
Pergh. Epik!
Antara kisah yang paling lejen sudah tentulah persaudaraan antara Abdul Rahman bin 'Auf r.a. dengan sahabat Ansar, Sa'ad bin Rabi' r.a.. Bagaimana dikisahkan, tanpa ragu-ragu dan kompromi, Sa'ad telah menawarkan harta bendanya kepada Abdul Rahman. Tidak cukup dengan itu, dia juga telah menawarkan salah seorang isterinya kepada Abdul Rahman untuk dinikahkan! Subhanallah!
Kalaulah kita yang berada di tempat Sa'ad, sudah pasti kita tidak sanggup melepaskan zaujah terchenta kepada seorang sahabat yang baharu sahaja dikenali. Kalaulah kita sanggup sekalipon, pastilah kita akan memilih isteri yang paling, err, tidak lagi cun di mata kita untuk diceraikan dan dinikahkan dengan Abdul Rahman. Wahaha. Dan kalaulah kita di tempat Abdul Rahman, pastilah kita tanpa segan silu dan penuh keterujaan menerima tawaran itu. Wahai!
Namun betapa besar hatinya Sa'ad, dia memberikan kebebasan kepada Abdul Rahman untuk membuat pilihan. Dan betapa mulianya Abdul Rahman, dia menolak kedua-dua tawaran itu dengan baik, sebaliknya meminta agar ditunjukkan arah pasar yang berdekatan.
Mereka redha dengan Allah dan moga Allah redha dengan mereka!
Pengorbanan orang-orang Ansar yang sanggup menerima saudara-saudara Muhajirin mereka tanpa sebarang syarat, merupakan sesuatu pengorbanan yang cukup agung dan bermakna. Bayangkan sahajalah, orang-orang Muhajirin yang baru berhihjrah meninggalkan harta dan sanak-saudara di Mekah, disambut dan dilayan dengan begitu baik dan mesra oleh orang-orang Ansar. Mereka yang sebelum ini diseksa dan dipulaukan oleh kuffar Quraisy, akhirnya menemukan tempat perlindungan yang bukan sahaja aman makmur, malah menerima mereka seadanya. Kaum Muhajirin yang meninggalkan Mekah, tidak pasti masa hadapan yang bagaimana yang menanti mereka, akhirnya boleh berasa tenang dan aman, dengan jaminan yang diberikan oleh orang-orang Ansar.
Sungguh, pengorbanan orang-orang Ansar tidak kecil nilainya. Pengorbanan orang-orang Ansar benar-benar luar biasa!
Maka tidak hairanlah, sebelum Rasulullah SAW membuat keputusan untuk berperang di Badar, baginda terlebih dahulu bersungguh-sungguh mahu mendengar pendapat orang-orang Ansar terlebih dahulu.
"Demi Allah yang telah mengutusmu dengan hak, seandainya engkau meminta kami untuk terjun ke lau dan kemudian engkau pon terjun, maka kami pon akan terjun dan tidak ada seorang pon dari kami mengingkarimu dan tidak ada yang enggan untuk berperang esok dan sungguh kami akan sabar dalam peperangan nanti. Semoga Allah memberikan kemenangan kepadamu. Berjalanlah bersama kami dengan berkat Allah."
Hanya setelah mendengar kata-kata Sa'ad bin Muadz (seorang sahabat Ansar) itu, baharulah Rasulullah SAW berasa senang dan tenang untuk pergi berperang.
Lantas, apa yang dapat kita belajar daripada orang-orang Ansar?
Dari Ansar, kita belajar memaknai erti ukhuwwah fillah yang sebenar.
Dari Ansar, kita belajar Islam hanya akan tertegak dengan saf-saf umat Islam yang bersatu-padu.
Dari Ansar, kita belajar memaknai itsar, melebihkan saudara-saudara terchenta melebihi kemahuan dan kehendak diri.
Dari Ansar, kita belajar untuk menyerahkan seluruh jiwa dan raga kepada perjuangan menegakkan agamaNya.
Dan dari Ansar, kita belajar bahawasanya chenta, memerlukan pengorbanan yang tiada sempadannya.
Beritahu saya, siapa yang tidak mahu masuk sorga untuk bertemu dengna orang-orang Ansar yang sudah melebihi tahap Super Saiya ini?
Senyum, lap air mata.
-gabbana-
Semakin lama, semakin sukar rasanya untuk menulis seperti dahulu. Mungkinkah Allah perlahan-lahan sedang menarik nikmat dan kurniaan ini?
Haadza min fadhli rabbi.
Sumber rujukan:
Fikih Sirah: Mendulang Hikmah Dari Sejarah Kehidupan Rasulullah SAW, Professor Dr. Zaid bin Abdul Karim az-Zaid
"Bukankah aku datang kepada kalian, kalian dalam keadaan sesat lalu Allah memberikan petunjuk kepada kalian? Kalian dalam keadaan miskin, lalu Allah melimpahkan kekayaan kepada kalian? Kalian yang sebelumnya bermusuh-musuhan, lalu Allah damaikan hati-hati kalian?"
Begitulah sabda ar-Rasul kepada orang-orang Ansar. Orang-orang Ansar terkedu mendengar sabda junjungan mereka yang mulia, sehingga mereka hanya mampu untuk mengungkapkan,
"Benar, Allah dan Rasul-Nya telah memberikan dan melebihkan."
Baginda bersabda lagi, "Mengapa kalian tidak menjawab pertanyaanku, wahai orang-orang Ansar?"
"Dengan apa kami harus menjawabmu, ya Rasulullah? Hanya bagi Allah dan Rasul_nya segala kurniaan dan keutamaan."
Betapa mulianya orang-orang Ansar!
"Demi Allah, kalian dapat mengatakan dan perkataan kalian benar, 'Engkau datang kepada kami dalam keadaan didustakan, kami justeru mempercayaimu. Engkau dihinakan, kami justeru menolongmu. Engkau diusir, kami justeru memberikan tempat untukmu. Engkau dalam ekadaan sulit, kami justeru membantu kesulitanmu.'"
Seolah-olahnya Rasulullah SAW inging mengatakan, sekiranya kalian mahu mengadu, kalian mahu mengungkit, kalian tak puas hati, maka kalian boleh mengatakan begini dan begini, kalian pasti benar dan aku akan pasti tidak akan mampu untuk menafikannya!
Tetapi tidak! Apakah respon orang-orang Ansar?
"Benar, Allah dan Rasul-Nya telah memberikan dan melebihkan."
Subhanallah!
"Wahai kaum Ansar, apakah ada perasaan yang mengganjal pada diri kalian kerana tidak mendapat sejemput keduniaan yang tidak ada ertinya? Padahal dengan sampah itu, aku hendak menjinakkan suatu kaum yang baru saja masuk Islam, sedangkan kalian sudah tidak diragukan lagi keIslaman kalian. Tidakkah kalian senang, wahai orang-orang Ansar, jika mereka pulang membawa kambing dan unta, sedangkan kalian pulang membawa Rasulullah?
Demi jiwaku yang berada pada tanganNya, seandainya bukan kerana hijrah, nescaya aku adalah orang Ansar. Seandainya manusia menempuh satu lembah dan orang Ansar menempuh lembah yang lain, nescaya aku akan menempuh jalan orang-orang Ansar. Ya Allah! limpahkanlah rahmatMu kepada orang-orang Ansar dan anak-anak keturunan mereka."
Subhanallah walhamdulillahi walailahaillallah wallahu akbar! Gaban hebatnya orang-orang Ansar ini sehingga memaksa Rasulullah SAW untuk memujuk mereka sedemikian rupa!
"Kami rela jika mendapatkan Rasulullah!"
Jawab orang-orang Ansar sambil menanges secara berjemaah sehingga basah janggut-janggut mereka.
Lap air mata.
Tarik nafas dalam-dalam.
Sesiapa sahaja yang membaca kisah ini, selain terpaksa menghiris laju-laju bawang merah berguni-guni banyaknya, pasti akan tertanya-tanya, apakah keistimewaan orang-orang Ansar sehingga diberi layanan yang cukup istimewa oleh Rasullullah. Apa hebatnya kaum Ansar ini, sehingga baginda akan mengikuti dan mahu bersama mereka sampai bila-bila? Apa sumbangan dan pengorbanan orang-orang Ansar sehingga baginda mendoakan kebaikan untuk mereka dan anak cucu keturunan mereka?
Jawapannya mungkin terkandung di dalam ayat chenta yang satu ini:
"Dan orang-orang (Ansar) yang mendiami negeri (Madinah) serta beriman sebelum mereka, mengasihi orang-orang yang berhijrah ke negeri mereka, dan tidak ada pula dalam hati mereka perasaan berhajatkan apa yang telah diberi kepada orang-orang yang berhijrah itu; dan mereka juga mengutamakan orang-orang yang berhijrah itu lebih daripada diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam keadaan kekurangan dan amat berhajat. Dan (ingatlah), sesiapa yang menjaga serta memelihara dirinya daripada dipengaruhi oleh tabiat bakhilnya, maka merekalah orang-orang yang berjaya."
[al-Hasyr, 59:9]
Tsk.
Bagaimana? Anda sudah nampak permainannya di situ?
Pengorbanan orang-orang Ansar bersama-sama Rasulullah SAW dan para sahabat Muhajirin dalam menegakkan Islam tiada tolok bandingnya. Kesungguhan dan keikhlasan mereka dalam berjihad dan berjuang menyebarkan dakwah ilallah tiada keraguan padanya. Kesanggupan mereka menanggung risiko diserang oleh seluruh jazirah Arab kerana menempatkan Rasulullah SAW dan para sahabat lantas menjadikan Madinah sebagai pusat penyebaran Islam, merupakan sesuatu yang akan terus tercatat di dalam lembaran sejarah sebagai suatu peristiwa epik yang tiada taranya.
Namun yang lebih utama daripada semua itu adalah kechentaan mereka terhadap Allah, ar-Rasul dan para sahabat Muhajirin melebihi chenta mereka pada keluarga dan diri mereka sendiri. Inilah penanda aras kehebatan para sabahat Ansar yang tiada tolok bandingnya, sehingga Allah sendiri merakamkannya di dalam al-Quran:
"Mereka juga mengutamakan orang-orang yang berhijrah itu lebih daripada diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam keadaan kekurangan dan amat berhajat."
Pergh. Epik!
Antara kisah yang paling lejen sudah tentulah persaudaraan antara Abdul Rahman bin 'Auf r.a. dengan sahabat Ansar, Sa'ad bin Rabi' r.a.. Bagaimana dikisahkan, tanpa ragu-ragu dan kompromi, Sa'ad telah menawarkan harta bendanya kepada Abdul Rahman. Tidak cukup dengan itu, dia juga telah menawarkan salah seorang isterinya kepada Abdul Rahman untuk dinikahkan! Subhanallah!
Kalaulah kita yang berada di tempat Sa'ad, sudah pasti kita tidak sanggup melepaskan zaujah terchenta kepada seorang sahabat yang baharu sahaja dikenali. Kalaulah kita sanggup sekalipon, pastilah kita akan memilih isteri yang paling, err, tidak lagi cun di mata kita untuk diceraikan dan dinikahkan dengan Abdul Rahman. Wahaha. Dan kalaulah kita di tempat Abdul Rahman, pastilah kita tanpa segan silu dan penuh keterujaan menerima tawaran itu. Wahai!
Namun betapa besar hatinya Sa'ad, dia memberikan kebebasan kepada Abdul Rahman untuk membuat pilihan. Dan betapa mulianya Abdul Rahman, dia menolak kedua-dua tawaran itu dengan baik, sebaliknya meminta agar ditunjukkan arah pasar yang berdekatan.
Mereka redha dengan Allah dan moga Allah redha dengan mereka!
Pengorbanan orang-orang Ansar yang sanggup menerima saudara-saudara Muhajirin mereka tanpa sebarang syarat, merupakan sesuatu pengorbanan yang cukup agung dan bermakna. Bayangkan sahajalah, orang-orang Muhajirin yang baru berhihjrah meninggalkan harta dan sanak-saudara di Mekah, disambut dan dilayan dengan begitu baik dan mesra oleh orang-orang Ansar. Mereka yang sebelum ini diseksa dan dipulaukan oleh kuffar Quraisy, akhirnya menemukan tempat perlindungan yang bukan sahaja aman makmur, malah menerima mereka seadanya. Kaum Muhajirin yang meninggalkan Mekah, tidak pasti masa hadapan yang bagaimana yang menanti mereka, akhirnya boleh berasa tenang dan aman, dengan jaminan yang diberikan oleh orang-orang Ansar.
Sungguh, pengorbanan orang-orang Ansar tidak kecil nilainya. Pengorbanan orang-orang Ansar benar-benar luar biasa!
Maka tidak hairanlah, sebelum Rasulullah SAW membuat keputusan untuk berperang di Badar, baginda terlebih dahulu bersungguh-sungguh mahu mendengar pendapat orang-orang Ansar terlebih dahulu.
"Demi Allah yang telah mengutusmu dengan hak, seandainya engkau meminta kami untuk terjun ke lau dan kemudian engkau pon terjun, maka kami pon akan terjun dan tidak ada seorang pon dari kami mengingkarimu dan tidak ada yang enggan untuk berperang esok dan sungguh kami akan sabar dalam peperangan nanti. Semoga Allah memberikan kemenangan kepadamu. Berjalanlah bersama kami dengan berkat Allah."
Hanya setelah mendengar kata-kata Sa'ad bin Muadz (seorang sahabat Ansar) itu, baharulah Rasulullah SAW berasa senang dan tenang untuk pergi berperang.
Lantas, apa yang dapat kita belajar daripada orang-orang Ansar?
Dari Ansar, kita belajar memaknai erti ukhuwwah fillah yang sebenar.
Dari Ansar, kita belajar Islam hanya akan tertegak dengan saf-saf umat Islam yang bersatu-padu.
Dari Ansar, kita belajar memaknai itsar, melebihkan saudara-saudara terchenta melebihi kemahuan dan kehendak diri.
Dari Ansar, kita belajar untuk menyerahkan seluruh jiwa dan raga kepada perjuangan menegakkan agamaNya.
Dan dari Ansar, kita belajar bahawasanya chenta, memerlukan pengorbanan yang tiada sempadannya.
Beritahu saya, siapa yang tidak mahu masuk sorga untuk bertemu dengna orang-orang Ansar yang sudah melebihi tahap Super Saiya ini?
Senyum, lap air mata.
-gabbana-
Semakin lama, semakin sukar rasanya untuk menulis seperti dahulu. Mungkinkah Allah perlahan-lahan sedang menarik nikmat dan kurniaan ini?
Haadza min fadhli rabbi.
Sumber rujukan:
Fikih Sirah: Mendulang Hikmah Dari Sejarah Kehidupan Rasulullah SAW, Professor Dr. Zaid bin Abdul Karim az-Zaid
5 Caci Maki Puji Muji:
Assalamu 'alaikum IG.
Benar. Tiap orang inginkan sorgaNya, dan saya sendiri teringin nak berjumpa dengan kaum yang hebat gabannya ini.
Yang pastinya saya sangat 'jeles' dengan mereka kerana mereka dapat hidup di zaman Rasulullah Sallallahu'alaihi wa aalihi wasohbihi wabaroka wasallam! ><" Moga dapat ketemu mereka di sana nanti. InshaAllah!
Moga Allah permudah urusanmu IG dan terus tsabat atas jalan dakwah terutama di laman sosial seperti di blog ini. Allahumma aameen.
-Calon Ahli Kubur-
sebenarnya saya pun perasan dan pernah terdetik yang IG sudah tidak lagi menulis seperti dulu..semoga terus tsabat.
afwan. ana rasa ayat alquran tu sepatutnya (59 ; 9)
~ sampaikan dari hati, inshaaAllah akan tetap sampai ke hati. ~
Mungkin bisa pada penulisan ig sudah kurang menyengat, tp ttp segar dan memberi impak pada diri sy. Teruskn menulis untuk agama dan ummah. Moga ALLAH mudahkn urusan kita semua. =)
Assalamualaikum IG. Didoakan enta terus bersemangat menulis kerana Allah. Masih ramai silent readers yg mengambil manfaat daripada penulisan enta inshaallah. Baarakallaahu fiik.
Post a Comment